Kamu pasti sering mendengar patologis yang berhubungan dengan dunia medis. Jika dilihat dari ilmu kedokteran, patologis adalah cabang ilmu yang fokus pada studi dan diagnosis penyakit.
Namun, patologis juga bisa merujuk pada tindakan seseorang. Yuk, kenali lebih lanjut perilaku yang satu ini!
Apa Itu Perilaku Patologis?
Perilaku patologis terjadi ketika orang memperlakukan orang lain secara berbeda. Pengidapnya dapat mengkategorikan seseorang sebagai abnormal, padahal sebenarnya tidak.
Orang yang punya perilaku patologis bisa menilai seseorang bahwa mereka mengidap penyakit atau masalah kesehatan mental.
Nah, tindakan ini bahkan bisa muncul hanya dengan melihat penampilan fisik atau status sosial seseorang.
Biasanya, perilaku patologis timbul sebagai hasil dari stigmatisasi atau stereotip.
Sebab, tak sedikit orang yang menilai individu lain dengan pandangan atau stereotip yang sudah ada sebelumnya.
Sebagai contoh, anak laki-laki yang gelisah dan sulit duduk diam sebenarnya wajar dan tidak mengidap masalah apapun.
Namun, seseorang yang mengidap perilaku patologis bisa langsung menganggap anak itu mengidap ADHD.
Walaupun anak yang mengidap ADHD mayoritas selalu gelisah, tetapi anak yang tidak bisa duduk diam belum tentu juga mengidap kondisi tersebut.
Contoh lainnya, anak yang sering tantrum langsung dianggap mengidap gangguan bipolar, padahal belum tentu demikian.
Dampak Perilaku Patologis pada Korban
Perilaku patologis ternyata bisa memberikan efek signifikan pada korbannya.
Ketika perilaku seseorang dinilai atau dilabeli negatif secara terus menerus, bukan tidak mungkin hal yang dituduhkannya benar-benar berkembang dan muncul dalam dirinya.
Hal ini tentu bisa menjadi persoalan yang rumit, terutama untuk anak-anak. Sebab, anak-anak cenderung lebih rentan terhadap pengaruh lingkungan sekitarnya.
Bukan itu saja, perilaku patologis juga bisa membuat korban terkucilkan dan mengasingkan diri dari lingkungannya.
Sebab, korban menjadi malu, cemas, khawatir dan stres karena dituduh mengidap masalah kesehatan tertentu.
Akibatnya, mereka lebih memilih mengisolasi diri dan enggan berinteraksi.
Dampak lainnya, perilaku patologis juga berpotensi merusak rasa percaya diri.
Korban menjadi ragu dengan kemampuannya dan takut untuk mengutarakan pikiran maupun perasaannya. Ini karena mereka takut mendapatkan penilaian negatif dari orang lain.
Cara Menghindari Perilaku Patologis
Karena bisa merugikan orang lain, begini cara supaya kamu tidak melakukan perilaku patologis:
1. Pahami soal perilaku patologis
Edukasi diri sendiri tentang bahaya perilaku patologis dan dampaknya pada kesehatan mental orang lain.
Ini merupakan langkah pertama dan yang paling penting untuk menghindarinya.
Hal ini bisa membantu kamu agar lebih berempati dan bijak saat interaksi dengan orang lain.
2. Kenali seseorang lebih mendalam
Sebelum menghakimi atau memberi penilaian kepada orang lain, usahakan untuk mengenal mereka dengan lebih mendalam.
Coba kenali latar belakang, pengalaman, dan alasan di balik perilaku atau tindakan yang mungkin kamu anggap aneh.
Tujuannya untuk membuka pikiran kamu dan lebih berempati terhadap perspektif orang lain.
3. Pikir dahulu sebelum berbicara
Renungkan sejenak sebelum berbicara adalah tindakan yang tepat untuk menghindari perilaku patologis.
Pertimbangkan dampak kata-kata yang akan kamu lontarkan terhadap orang lain.
Hindari komentar atau penilaian yang tidak perlu dan dapat menyakiti perasaan orang lain.
4. Tumbuhkan kesadaran kesehatan mental
Salah satu langkah penting dalam mencegah perilaku patologis adalah mempromosikan kesadaran tentang kesehatan mental di masyarakat.
Edukasi tentang kesehatan mental dan pentingnya merawatnya dapat membantu mengurangi stigma terkait gangguan mental dan perilaku patologis.
5. Ajarkan pada orang lain
Penting untuk mengajarkan orang lain, terutama generasi muda tentang pentingnya sikap empati dan pemahaman terhadap orang lain.
Melalui pendidikan, kita dapat membentuk perilaku yang lebih bijak dan mencegah perilaku patologis di masa depan.
Jika kamu merasa menjadi korban perilaku patologis dan dampaknya telah memengaruhi kesehatan mental, jangan ragu untuk bicara dengan psikolog di aplikasi Halodoc.
Mereka bisa memberikan dukungan dan solusi supaya efeknya tidak semakin parah.
Sumber : halodoc. com
Konsultasikan masalah kesehatan Anda di Klinik Pelita Sehat; klinik BPJS Bogor dan klinik terfavorit keluarga. Klinik Pelita Sehat memiliki 5 cabang yang tersebar di Kota Bogor dan Kabupaten Bogor. Klinik Pelita Sehat cabang Pomad dan Klinik Pelita Sehat cabang Bangbarung telah memperoleh akreditasi dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dengan nilai akreditasi Paripurna.