Informasi Kesehatan

Inilah Komplikasi Akibat Diare yang Harus Diwaspadai

ketahui-beragam-penyebab-diare1.jpg

Empty Sella Syndrome, Kelainan Langka yang Menyerang Otak

“Empty Sella Syndrome adalah gangguan kesehatan langka yang…

Kenali Gejala Penyakit Otak Cerebral Atrophy pada Anak

“Cerebral atrophy merupakan penyakit otak yang menyebabkan penyusutan…

Catat, Ini Resep Kue Lebaran untuk Pengidap Diabetes

“Pengidap diabetes tetap bisa menikmati lezatnya kue lebaran…

Diare ditandai dengan keluarnya tinja yang bertekstur lembek, berlendir sampai berair secara terus menerus. Kondisi ini bisa menimbulkan masalah kesehatan yang lebih serius bila tak segera ditangani.

Pada umumnya, diare bisa hilang dengan sendirinya dengan perawatan sederhana di rumah. Kendati demikian, bukan tidak mungkin diare bisa menyebabkan komplikasi, apalagi jika dibiarkan tanpa penanganan atau tidak ditangani dengan cara yang tepat.

Komplikasi Diare yang Perlu Diwaspadai

Dua komplikasi diare yang berpotensi serius adalah dehidrasi dan malabsorpsi. Dehidrasi terjadi ketika tubuh kehilangan banyak air daripada yang dikonsumsi. Nah, diare dapat membuat pengidapnya mengeluarkan cairan tubuh melalui tinja hingga berkali-kali. Jika terus dibiarkan tanpa penanganan, keluarnya cairan tubuh secara terus menerus akibat diare bisa berujung dehidrasi.

Sementara itu, malabsorpsi adalah gangguan penyerapan nutrisi. Diare kronis atau diare berkepanjangan dapat menghambat penyerapan nutrisi makanan yang dibutuhkan oleh tubuh. Akibatnya, pengidap diare bisa mengalami malabsorbsi bahkan malnutrisi. Gejala-gejala diare lainnya yang perlu kamu waspadai adalah:

  • Urine berwarna gelap, urine dalam jumlah sedikit, atau kehilangan produksi urine.
  • Detak jantung cepat.
  • Sakit kepala.
  • Kulit memerah, kering.
  • Iritabilitas dan kebingungan.
  • Sakit kepala ringan dan pusing.
  • Mual dan muntah yang parah, yakni ketidakmampuan untuk mentolerir atau menahan apa pun melalui mulut.
  • Diare terus menerus.

Sebaiknya, jangan abaikan gejala-gejala di atas karena dehidrasi maupun malabsorpsi bisa menyebabkan gejala di atas. Segera cari bantuan medis ketika mengalami gejala-gejala tersebut. 

 

Biasanya, diare mudah diatasi dengan obat-obatan yang dijual bebas seperti bismut subsalisilat. Probiotik juga kerap dianjurkan untuk menambah bakteri baik dalam saluran pencernaan. 

Namun, obat bebas tidak selalu menjadi solusi. Jika diare disebabkan oleh infeksi atau parasit, kamu perlu menemui dokter untuk mendapatkan resep antibiotik.

Penting untuk selalu mengikuti petunjuk pada kemasan saat kamu mengonsumsi obat diare yang dijual bebas. Aturan untuk mengelola diare pada orang dewasa berbeda dari pada anak-anak. 

Selalu tanyakan pada dokter anak sebelum memberikan obat apa pun pada dirinya. Selain mengonsumsi obat, perawatan lain yang perlu kamu lakukan adalah:

  • Minum banyak air dan cairan yang mengandung elektrolit seperti jus, kaldu, minuman olahraga dan air putih.
  • Mengubah pola makan dengan menghindari makanan berminyak, berlemak atau digoreng. Makanan yang direkomendasikan saat diare adalah pisang, nasi putih, saus apel dan roti panggang.
  • Mengurangi kafein. Makanan dan minuman yang mengandung kafein dapat memberikan efek pencahar ringan, yang dapat memperburuk diare. Makanan dan minuman yang mengandung kafein antara lain kopi, soda diet, teh kental, teh hijau, dan cokelat.
  • Menghindari makanan dan minuman yang memicu gas. Contohnya seperti kacang, kubis, kubis Brussel, bir dan minuman berkarbonasi.
  • Hindari laktosa. Terkadang, diare juga bisa membuat seseorang tidak toleran terhadap laktosa. Ini biasanya bersifat sementara dan kamu perlu menghindari makanan yang mengandung laktosa (produk susu) sampai diare hilang.

Sumber : halodoc. com

Konsultasikan masalah kesehatan Anda di Klinik Pelita Sehat; klinik BPJS Bogor dan klinik terfavorit keluarga. Klinik Pelita Sehat memiliki 5 cabang yang tersebar di Kota Bogor dan Kabupaten Bogor. Klinik Pelita Sehat cabang Pomad dan Klinik Pelita Sehat cabang Bangbarung telah memperoleh akreditasi dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dengan nilai akreditasi Paripurna