“Susah buang air besar pada bayi yang hanya mengonsumsi air susu ibu adalah hal yang wajar. Hampir semua zat dalam ASI terserap di dalam tubuh bayi, sehingga yang dikeluarkan dalam bentuk feses hanya sedikit.”
Saat bayi tiba-tiba mengalami susah buang air besar (BAB), orang tua mungkin akan merasa khawatir. Ibu mungkin akan berpikir bahwa susah BAB pada bayi terjadi karena Si Kecil hanya konsumsi air susu ibu (ASI). Lantas, benarkah bayi susah BAB saat hanya mengonsumsi BAB?
Tidak dapat dimungkiri, frekuensi dan pola BAB pada bayi bisa menjadi salah satu indikator kesehatan. Maka dari itu, sangat penting bagi orang tua untuk selalu memantau dan memerhatikan perubahan yang terjadi, termasuk pada warna atau tekstur tinja, serta frekuensi BAB dalam satu minggu. Bayi yang jarang BAB, terutama saat hanya konsumsi ASI, sebenarnya adalah hal yang normal. Berikut penjelasannya!
Kondisi bayi susah BAB saat hanya mengonsumsi ASI sebenarnya tergolong normal dan tidak perlu kamu khawatirkan. Bukan tanpa alasan, hal itu terjadi karena komposisi ASI yang masuk ke dalam tubuh akan dibagi.
Tubuh bayi akan memanfaatkan kandungan dari ASI untuk memenuhi kebutuhan nutrisi. Nah, sisa dari pembagian itulah yang nantinya akan dikeluarkan dari tubuh melalui BAB.
Karena hampir semua zat dalam ASI digunakan, jumlah yang dikeluarkan dalam bentuk feses atau BAB cenderung sedikit. Itulah yang menjadi alasan bayi ASI jarang atau susah BAB. Bayi umumnya akan mengeluarkan tinja beberapa kali dalam seminggu, tapi tidak ada patokan khusus.
Namun, frekuensi buang air besar pada bayi ASI biasanya akan berbeda dengan bayi yang diberi susu formula. Bayi yang mengonsumsi susu tambahan berupa susu formula biasanya akan lebih sering BAB.
Meski kondisi ini sebenarnya adalah hal normal, susah buang air besar pada bayi juga tidak boleh dianggap sepele. Sebab, kondisi ini bisa saja menjadi gejala dari gangguan kesehatan, misalnya konstipasi pada bayi.
Sebenarnya, konstipasi jarang terjadi pada bayi yang mengonsumsi ASI eksklusif, tapi bukan berarti tidak mungkin. Bayi juga rentan mengalami konstipasi saat sudah mulai mengonsumsi makanan pendamping ASI (MPASI).
Ada beberapa gejala yang bisa menjadi tanda bayi mengalami konstipasi, di antaranya:
Jarang buang air besar pada bayi ASI sebenarnya normal. Namun, hal ini sebaiknya tidak kamu sepelekan begitu saja.
Waspadai jika bayi susah BAB berlangsung dalam waktu yang lama, membuat bayi rewel, hingga memengaruhi berat badannya. Jika kondisi ini terus berlanjut dan gejala semakin buruk, sebaiknya ibu segera bawa ke rumah sakit.
Sebagai pertolongan pertama dan untuk membuat Si Kecil merasa nyaman, berikut pertolongan pertama yang bisa dilakukan:
Seperti orang dewasa, olahraga dan gerakan fisik cenderung merangsang buang air besar pada bayi. Namun, karena bayi mungkin belum bisa berjalan atau merangkak, orang tua bisa membantu Si Kecil berolahraga untuk meredakan sembelit.
Ayah atau ibu dapat menggerakan kaki bayi dengan lembut sambil berbaring telentang untuk meniru gerakan mengayuh sepeda. Cara ini dapat membantu fungsi usus dan meredakan sembelit.
Memandikan bayi dengan air hangat dapat mengendurkan otot perutnya dan membantu agar BAB lancar. Selain itu, cara ini dapat meringankan beberapa ketidaknyamanan yang berkaitan dengan sembelit.
Jika bayi hanya minum ASI atau susu formula, tetap berikan sesuai dengan keinginannya. Bayi dengan usia di atas 6 bulan yang sudah MPASI dapat diberikan air minum di antara waktu menyusui.
Bayi yang sudah mulai makan dapat diberikan jus buah tanpa gula. Cara ini juga dapat meningkatkan pencernaan Si Kecil. Namun, ayah dan ibu sebaiknya bertanya pada dokter spesialis anak sebelum memberikan jus pertama kalinya pada bayi.
Perubahan pola makan juga dapat meredakan sembelit, tapi langkah-langkahnya akan bervariasi tergantung pada usia dan pola makan bayi. Jika bayi mengonsumsi susu formula, maka cobalah mengganti susu formula yang berbeda. Namun, sebelum mengambil keputusan tersebut, bicarakan pada dokter terlebih dulu.
Jika bayi sudah mengonsumsi makanan padat, cobalah berikan sumber makanan yang mengandung serat yang baik, seperti:
Memberikan pijatan lembut pada bayi juga dapat meringankan gejala sembelit. Berikut beberapa tipsnya:
Selain itu, sembelit pada anak sebenarnya bisa dicegah. Jika orang tua khawatir Si Kecil mengalami kondisi yang lebih serius, jangan ragu untuk mengunjungi dokter spesialis anak.
Sumber : halodoc. com
Konsultasikan masalah kesehatan anda di Klinik Pelita Sehat; klinik BPJS Bogor dan klinik terfavorit keluarga. Klinik Pelita Sehat memiliki 5 cabang yang tersebar di Kota Bogor dan Kabupaten Bogor. Klinik Pelita Sehat cabang Pomad dan Klinik Pelita Sehat cabang Bangbarung telah memperoleh akreditasi dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dengan nilai akreditasi Paripurna