Informasi Kesehatan

Ini Penyebab Anemia Defisiensi Besi yang Perlu Diketahui

3144613157.jpg

Cara Menjaga Kesehatan Tubuh saat Cuaca Ekstrem

“Cuaca ekstrem tidak hanya bisa berdampak pada aktivitas…

Bahaya Air Tanah yang Terkontaminasi untuk Kesehatan Tubuh

Bahaya air tanah bisa disebabkan oleh pencemaran bahan…

Berapa Banyak Gula untuk Penderita Diabetes yang Diperbolehkan?

Apakah penderita diabetes boleh mengonsumsi gula? Jika boleh,…

“Ada berbagai penyebab anemia defisiensi besi yang perlu diketahui. Di antaranya, kehilangan darah, kehamilan, kurangnya asupan zat besi dalam makanan, dan endometriosis.”

Anemia defisiensi besi adalah kondisi kelainan darah yang memengaruhi sel darah merah. Ini adalah bentuk anemia yang paling umum, terjadi ketika tubuh tidak memiliki cukup zat besi untuk membuat hemoglobin.

Hemoglobin merupakan suatu zat dalam sel darah merah yang memungkinkan mereka membawa oksigen ke seluruh. Akibatnya, terjadi kekurangan zat besi yang menyebabkan rasa sesak napas atau lelah.

Penyebab Anemia Defisiensi Besi

Penyebab anemia defisiensi besi adalah ketika tubuh tidak memiliki cukup zat besi untuk memproduksi hemoglobin.  Jika tubuh tidak mengonsumsi cukup zat besi, atau jika tubuh kehilangan terlalu banyak zat besi, maka tubuh tidak dapat memproduksi cukup hemoglobin. Pada akhirnya akan terjadi anemia defisiensi besi. 

Berikut ini beberapa penyebab anemia defisiensi besi:

1. Kehilangan darah

Darah mengandung zat besi di dalam sel darah merah. Jika tubuh kehilangan darah, maka akan kehilangan sejumlah zat besi. Wanita yang mengalami menstruasi berat berisiko mengalami anemia defisiensi besi, karena kehilangan darah saat menstruasi. 

Kehilangan darah secara lambat dan kronis dalam tubuh (seperti akibat tukak lambung, hernia hiatus, polip usus besar, atau kanker kolorektal), dapat menyebabkan anemia defisiensi besi. 

2. Kurangnya asupan zat besi dalam makanan

Tubuh secara teratur mendapat zat besi dari makanan yang kamu konsumsi. Jika tubuh mengkonsumsi terlalu sedikit zat besi, lama kelamaan tubuh bisa kekurangan zat besi. 

Contoh makanan yang memiliki banyak zat besi termasuk daging, telur, sayuran berdaun hijau, dan makanan yang diperkaya zat besi.  Untuk pertumbuhan dan perkembangan yang baik, bayi dan anak-anak juga membutuhkan zat besi dari makanan.

3. Ketidakmampuan menyerap zat besi

Zat besi dari makanan terserap ke dalam aliran darah di usus kecil. Gangguan usus, seperti penyakit Celiac, yang memengaruhi kemampuan usus dalam menyerap nutrisi dari makanan yang dicerna, dapat menyebabkan anemia defisiensi besi. 

Jika bagian dari usus kecil telah terlewati atau diangkat melalui pembedahan, hal itu dapat memengaruhi kemampuan tubuh untuk menyerap zat besi dan nutrisi lainnya. 

4. Kehamilan

Tanpa suplemen zat besi, anemia defisiensi besi yang terjadi pada wanita hamil. Sebab, simpanan zat besi mereka perlu untuk memenuhi meningkatkan volume darah mereka sendiri, serta menjadi sumber hemoglobin untuk pertumbuhan janin. 

5. Genetik

Beberapa kondisi genetik, seperti penyakit celiac, menyulitkan penyerapan zat besi yang cukup. Ada juga kondisi genetik atau mutasi yang dapat menambah masalah, salah satunya mutasi TMRPSS6. Mutasi ini menyebabkan tubuh memproduksi terlalu banyak hepcidin (hormon yang dapat menghalangi usus menyerap zat besi). 

Kondisi genetik lainnya dapat menyebabkan anemia dengan menyebabkan perdarahan abnormal. Contohnya penyakit Von Willebrand dan hemofilia.

6. Endometriosis

Jika seseorang mengidap endometriosis, kemungkinan ia mengalami kehilangan banyak darah selama periode menstruasi.

Kamu mungkin tidak menyadari bahwa sedang mengalami endometriosis, karena penyakit ini  terjadi tersembunyi di daerah perut atau panggul di luar rahim. 

 

sumber: Halodoc . com

Konsultasikan masalah kesehatan Anda di Klinik Pelita Sehat; klinik BPJS Bogor dan klinik terfavorit keluarga. Klinik Pelita Sehat memiliki 5 cabang yang tersebar di Kota Bogor dan Kabupaten Bogor. Klinik Pelita Sehat cabang Pomad dan Klinik Pelita Sehat cabang Bangbarung telah memperoleh akreditasi dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dengan nilai akreditasi Paripurna